Mahluk Yang Sering Muncul di Timeline

by - January 21, 2018

pic source: careerblueprint.com.au
Abad ke dua puluh satu menggenggam sebuah kenyataan bahwasannya manusia baik muda maupun tua tumplek blek menjadi satu dalam wadah yang riuh didendangkan bernama media sosial. Setiap detik, sekiranya ia bertingkah patutlah dan wajib bagi siapapun mengetahuinya. Bukan tak mungkin, di era vendhing machine beraneka ragam dan robot pintar yang memblokir lowongan pekerjaan para asisten rumah tangga ini, manusia tak kenal lagi yang namanya empati terhadap sesama. Untuknya mereka kerap menuntut kepekaan, misalnya pada calon pasangan mereka.
Menurut hemat saya ada banyak versi mereka. Sidul, sithik-sithik wadul *sedikit-sedikit mengadu* begitulah versi pertama saya melabelinya. Sidul ini lambat laun akan menjadi sebuah pola yang pada akhirnya mengatur manusia itu sendiri atau bahkan menjadi suplemen setiap hari dan bila tidak meminumnya maka tubuh merasa kurang bugar.
Fenomena macam apa ini?
Diluar manusia se-tipe dengan para motivator, ada yang sukanya mencocok-logikan  keadaan dengan mencari kata-kata mutiara di tumblr dan sebagainya. Dengan dasar yang terpenting ada caption untuk postingannya di instagram. Atau akun yang sekali bikin status, dari yang awalnya terbaca “baru saja” sampai dasar kalimat ternyata sudah “kemarin”. Tulisannya panjang. Namun dari beberapa diatas untuk manusia tipe Sidul ini sangat amat parah sekali. Foto makanan mungkin didahulukan sebelum berdoa, mau makan nyetatus dulu di facebook, habis makan nyetatus lagi, on the way pulang dari warung makan kembali nyetatus, begitu seterusnya tak lagi terdeteksi kata “privasi” didalam kamus pikirannya. Semakin lama tambahan opsi seperti sedang makan, garuk-garuk kepala, mengupil, makan sambil garuk kepala dan ngupil menjadi opsi terbaru di jejaring sosial Path. Dengan begitu kaum ini menjadi tak susah payah lagi untuk menggabungkan huruf demi huruf.
Menyadur satu kalimat pada Perahu Kertas-nya Dee Lestari bahwa menurut survei, selain naik becak dan gali kubur, pekerjaan menghayal dan menulis ternyata juga butuh asupan kalori yang tinggi. Menulis status, personal message, tweet, caption juga termasuk dalam hal tersebut bukan? Bagaimana bisa kurus? *bagi yang sedang menjalankan diet* Berapa banyak kalori yang kau butuhkan setiap hari? Kendati tidak nyetatus saat mau makan tapi mengutip quote sambil nyemil *eh?*
Hak Asasi Manusia pada hakikatnya sudah ada sejak mereka lahir. Akan tetapi disana-sini masih saja berkoar-koar tentang bagaimana penegakannya, dimana hak-haknya, atau ingin ganjaran yang setimpal pada mereka yang merampas hak-haknya. Stop. Ambil cerminmu.
Selayaknya melihat orang lain dengan rambut acak-acakan di hadapan kita. Perlu jugalah kita periksa kerapian diri lebih dulu. Sudahkah melakukan hal-hal yang sewajarnya kita lakukan? Persoalan sepele yang setiap hari dilakukan dengan menggunjing orang berharap orang tersebut membacanya, memasang  foto yang tidak senonoh, menghabiskan ribuan karakter yang kalau dijumlah dalam sehari bisa menjadi sebuah buku. Media sosial, semua orang melihat, publik membaca, layar menjalankan screenshoot, siapapun pasti tahu dan berhak mendownloadnya, menyadurnya, bahkan mengadu domba pemilik akunnya. Sepasang jempolnyalah yang sudah melindas nilai-nilai dari makna Hak Asasi Manusia sendiri. Menepis batas-batas kewajaran. Beberapa melesat jauh dari kearifan lokal. Kembali lagi, kaitannya dengan privasi adalah kebijaksanaan masing-masing pribadi. Hati-hati.

You May Also Like

0 comments

Hak Cipta dilindungi oleh Undang-Undang. Powered by Blogger.

Translate