Refleksi Sewarsa
Ketemu lagi kita dipenghujung tahun. Kamu baik-baik aja kan? wkwk aku tinggal selama setahun dan kembali berjumpa di akhir tahun. Menyedihkan sekali ya hahaha... tapi tentu kamu tidak membiarkanku berlalu bergitu saja kan? aku akan merangkum singkat perjalanan yang sebenarnya tidak akan bisa tergambarkan dengan sedetail perasaan yang menyertai, tapi tetap bisa kamu simak. :)
Alhamdulillah tsumma alhamdulillah...
Tidak ada kata selain syukur yang lebih penting yang perlu aku ungkapkan pada Sang Pencipta tentang apa-apa saja yang terjadi dalam diriku selama setahun ini. Rasanya seperti aku dihujani rezeki tak terkira setiap harinya. Allah Maha Romatis, sampai-sampai aku tidak bisa menebak akan seperti apa jadinya di tahun yang penuh cerita menakjubkan ini. Semua terjadi atas doa ibu dan orang-orang baik diluar sana. Terima kasih tak terperi aku ucapkan.
Januari - Februari - Maret
Awal tahun yang baik untuk dimulai. Terakhir aku menerbitkan tulisan ilmiahku ya di tahun 2019, artikel manuskrip dari hasil penelitian akhir sarjana di jurnal Kesmas Indonesia. Di tahun ini, ada 2 publikasi ilmiah sekaligus sebagai bagian dari tim penulis. (selengkapnya cek di CISDI Health Outlook 2022 dan Foresight untuk Menata Masa Depan Layanan Kesehatan Primer Indonesia)
Bulan Maret ini juga sebagai penanda berlabuhnya kapal perjalanan beasiswaku (cerita tentang itu aku tulis disini ya). Ketiga kalinya aku mengikuti serangkaian seleksi beasiswa LPDP. "Kalau saja aku memilih untuk berhenti, menyerah dan berubah haluan, mungkin aku tidak akan pernah tahu kalau ternyata garis finish sudah dekat". Aku lupa pernah membaca/mendengar kutipan serupa dimana, akan tetapi hal itu yang terus aku yakini pada perjalanan mencari beasiswa ini.
April - Mei - Juni
Menjalani beberapa proyek dalam pekerjaan adalah hal yang menantang sekaligus menyenangkan. Ada banyak hal yang menuntut aku untuk belajar hal baru dan manajemen waktu serta ekspektasi yang sesuai porsinya. Proyek yang tidak ada dalam rencana kerja bahkan tidak pernah terpikirkan sama sekali, Diikutkan dalam proyek bersama departemen lain, yang justru membawaku kepada perasaan penuh bahwa penelitian adalah jalan ninjaku. (selengkapnya cek disini WHO-AIC Health Rapid Review Network)
Dulu pada saat kuliah, aku selalu berusaha melakukan apa yang menjadi keinginan dan harapan, meski itu penuh tantangan tetap akan aku pilih. Setelah berada diluar zona akademis, aku tetap memilih tantangan dan kesempatan meskipun itu bukan keinginan dan harapan. Hal semacam itu, lambat laun menjadi sebuah pola-pola dimana apabila kita berjalan lebih dari apa yang seharusnya, tidak akan pergi menjauhi kita apa yang seharusnya kita dapatkan itu. Jadi, pesanku sederhana, melakukan apapun yang ada didepan kita saat ini, dengan maksimal, dengan optimal, dengan mengerahkan seluruh kemampuan yang terbaik, dengan niat memberi manfaat kepada lainnya, sudah pasti kamu akan menemukan jalan dan kedamaian serta perasaan cukup dalam menjalani hidup. Pesanku lagi, berprasangkalah yang baik-baik. Semua hal baik dimulai sejak pemikiran yang baik,
Quarter kedua ini adalah bulan-bulan yang sibuk dimana aku harus bisa mengatur kapan waktunya untuk persiapan seleksi LPDP dan bagaimana pekerjaan tetap selesai sesuai dengan timeline proyek. Konsekuensinya tentu waktu tidur berkurang, tetapi rasanya sudah tidak kaget mengingat aku pribadi yang memang sudah terbiasa tidur larut malam. Bedanya ini diisi dengan latihan soal. Selengkapnya tentang proses seleksi LPDP aku tulis di postingan berikut ya.
Juli - Agustus - September
Awal Juli, tepatnya hari senin tanggal 4 Juli 2022, ba'da maghrib, seperti de javu. Ingatanku melesat ke belakang jauh, kemudian berhenti di momen pengumuman SBMPTN saat itu (yang belum baca ceritaku lolos SBMPTN bisa disimak disini ya). Ya, empat tahun lalu rasa deg deg-an itu kembali persis atmosfernya kurang lebih. Meski pengumuman LPDP kali ini adalah yang kesekian kalinya (3x pengumuman administrasi, 3x pengumuman tes tulis) tetap saja aku dibuatnya nervous. Hm karena juga ini hasil tes wawancara yang pertama kali sih. Mengingat aturan yang berlaku bagi mereka yang sudah sampai di tahap wawancara dan gagal, ya tidak diperkenankan mengikuti seleksi kembali di tahun yang sama a.k.a baru boleh apply di tahun depannya.
Sejujurnya, perasaan deg deg-an saat itu sudah mampu aku kelola. Aku sudah berserah dengan hasilnya kepada Sang Pencipta. Bisa dibilang, tenang bercampur tegang sedikit wkwk. Grup telegram sudah ramai berbalas pesan, aku masih belum bisa login karena traffic yang tinggi saat itu. Setelah tiga kali percobaan login, Subhanallah Alhamdulillah Allahu Akbar...
Oktober - November - Desember
Foresight, proyek penelitian yang baru kudengar sejak pertama kali bergabung di CISDI. Sejak itu pula, seperti tidak terpisahkan antara aku dengan Foresight. Tidak sekedar metode, secara implisit ia membentuk pola-pola dalam pikiran untuk memandang sesuatu hal dari berbagai arah. Aku tidak bisa mengatakan sudut, karena sungguh tidak ada sudut yang secara khusus tidak berhubungan. Semua aspek berhubungan satu sama lain. Sehingga memang tidak sebentar waktu yang dihabiskan untuk menyelesaikan kajian penelitian ini.
Tahun 2020, aku berkenalan dengan Foresight JKN (Jaminan Kesehatan Nasional), di 2021 berteman dengan Foresight PHC (Primary Health Care/Layanan Kesehatan Primer), di Quarter keempat tahun 2022 ini mulai berkarib dengan Foresight HRH (Human Resources on Health/Tenaga Kesehatan). Bagaimana tidak terus menenggerkan pengingat rasa syukur dalam bio instagram? Allah begitu romantis aku dibuatnya, Allah Maha Baik dan sebaik-baik perencana. Aku diizinkan mengikuti serangkaian kajian penelitian Foresight ini sejak pertama dan berkesempatan bertemu dengan puluhan pakar, ahli, akademisi, peneliti, guru besar, tokoh, dari berbagai latar belakang dan daerah. Alhamdulillah Ya Allah...
---
Momen-momen diatas hanyalah sebagian dari banyaknya momen penting berharga setiap harinya. Tentu seperti yang sudah aku sampaikan diawal, tulisan disini tidak akan pernah bisa menggambarkan cerita sewarsa. Semoga refeleksi ini menjadi pengingat diri bahwa jika kita bisa bermimpi, kita juga bisa mewujudkannya. Terdengar utopis bagi mereka yang tidak memperjuangkan mimpinya.
Terima kasih sudah menyimak. Sehat dan bahagia selalu untukmu.
Sincerely yours,
Rina :)
0 comments