SBMPTN IPC dan Jalan Terbaik dari Allah

by - December 11, 2018


“Berani mencoba atau tidak memiliki pengalaman sama sekali.”

Jangan salah mengartikan kata pengalaman dalam kutipan quote diatas. Pengalaman tersebut berarti mendapat suatu ilmu/pelajaran yang berarti, yang membuat kamu lebih optimis dalam menjalani segala rintangan di depan. Kamu berani, kamu hebat. Oke, akhirnya rilis segmen “Kilas Balik” dan pertama kalinya curhat di blog setelah sekian lama dipendam dan riweh dengan skripsi. Saya mulai dengan cerita perjuangan masuk PTN tahun 2014. Tulisannya panjang nih wkwk, semoga nggak bosan ya. Happy reading!
---
Waktu istirahat kedua, saya mengunjungi ruang BK bersama salah dua teman. Konsultasi dengan Pak Drajad tentang jurusan yang akan saya pilih di beberapa universitas karena bulan depan adalah pendaftaran SNMPTN. Setelah di analisis, pilihan pertama saya ternyata adalah jurusan favorit yang paling diminati di IPB tahun 2013. Beliau sudah menghimbau dan membuat banyak kemungkinan-kemungkinan hal yang bisa terjadi. Memang dalam SNMPTN juga butuh strategi, tapi tetap saja saya memilihnya. Sebenarnya saya juga agak pesimis melihat ada nilai Kimia yang sedikit menurun di kelas XI. Kimia adalah salah satu mata pelajaran yang saya sukai. Berhubungan dengan unsur, senyawa, campuran, dan sebagainya. Padahal itu sangat penting, karena ketiga jurusan yang dipilih semua berhubungan erat dengan nilai Kimia. Beberapa kesempatan di sekolah seperti sosialisasi dari kakak kelas yang sudah kuliah di berbagai universitas dan motivasi session khusus untuk kelas XII, saya mantapkan pilihan dan tetap maju keukeuh dengan pilihan awal sesuai dengan passion saya. Yak, datang hari H pengumpulan formulir ke TU sekolah (alhamdulillah di sekolah saya pendaftaran SNMPTN dibantu oleh pihak sekolah). Pilihan pertama saya jatuh kepada Ilmu Gizi IPB, kedua Biokimia IPB dan ketiga Teknik Kimia UNDIP. Yang membuat lebih mantap lagi memilih IPB karena banyak sekali kakak kelas disana yang kemungkinan bisa membuka gerbang kesempatan bagi adik-adik kelasnya diterima di IPB. Setelah selesai proses pendaftaran, saya lega telah berani mengambil pilhan sesuai dengan keinginan saya dan segala kemungkinan menyambut saya di depan mata.
Sembari menunggu hasil SNMPTN, kelas XII disibukkan dengan jadwal les tambahan untuk persiapan UN. Pun saya harus mempersiapkan tryout USM STAN di salah satu sekolah di Pekalongan. Setiap hari pulang larut. Latihan, latihan, latihan, terus latihan soal dimanapun dan kapanpun. Ibu sangat mendukung dan senang ketika mengetahui saya berencana mendaftar di  sekolah kedinasan tersebut. Tanggal 9 Maret 2014 saya dan beberapa teman satu SMA didampingi kakak kelas yang kuliah di STAN mengikuti tryout USM STAN. Sebelumnya kami disuguhkan presentasi dari masing-masing jurusan yang ada. Hasil dari tryout pun langsung diumumkan di tiap-tiap kelompok kelas. Nyaris, kurang beberapa poin saja bisa lolos. Sebagai anak IPA, hal yang berhubungan dengan ekonomi saya akui minim sekali, meski di tahun pertama SMA dipelajari tetap saja kalah menguasai daripada mereka yang anak IPS. Akan tetapi faktanya ternyata mahasiswa di STAN justru sebagian besar adalah anak IPA sewaktu SMA loh (baca selengkapnya di http://www.pknstan.heryan.web.id/2017/09/kebanyakan-anak-ipa-atau-ips-di-pkn-stan.html)
Kembali ke SNMPTN, pengumuman hasil seleksi akhirnya dipasang oleh pihak sekolah di papan pengumuman depan kantor guru. Hasilnya... tidak tercantum nama saya di selebaran kertas yang tertempel itu. Sedih, tapi tidak boleh berlarut, lega tapi juga sedikit kecewa. Ya, karena apa-apa saja yang sudah saya diskusikan dengan guru BK waktu itu jelas memang terlihat. Sudah siap menerima konsekuensinya. Beberapa teman yang lolos ada yang memang sesuai dengan passion mereka dan tidak sedikit juga yang lolos SNMPTN karena hasil coba-coba, memilih jurusan yang jarang diminati pendaftar, passing grade jurusan yang rendah, akreditasi jurusan yang masih C dan lain sebagainya. Masih ada banyak jalan yang ingin Allah tunjukkan, bahwa itu bukan yang terbaik untuk saya. Saya yakini sepenuh hati dan mengumpulkan semangat kembali untuk mengikuti seleksi masuk PTN berikutnya yaitu SBMPTN.
Tes SBMPTN tahun 2014 mungkin berbeda sistemnya dengan beberapa tahun setelahnya. Sudah nampak mata bahwa tes SBMPTN tahun 2019 mendatang jauh berbeda yaitu dengan menggunakan sistem skoring dan dilaksanakan sebelum ujian nasional berlangsung (baca selengkapnya di https://tirto.id/sbmptn-2019-kebijakan-tes-dua-kali-cara-seleksi-dan-biayanya-c8nu ). Perjuangan dimulai, kembali lagi memilih jurusan dan universitas. Cukup 3 saja, 3 lagi Rin mau pilih yang mana?
Singkat cerita, hasil kelulusan UN SMA sudah diumumkan dan alhamdulillah siswa-siswi SMAN 1 Subah lulus 100%. Gembira dan haru menjadi satu bahwa setelah ini masing-masing dari kami akan mengambil jalan hidup sendiri-sendiri, akan berpetualang menggapai mimpi pribadi, menghadapi tantangan dan berbagai macam rintangan yang menanti di depan. Berjalan kaki kurang lebih 1 km saya dan Iza (teman saya dari kecil) mencari warnet di sekitar pusat Kota Batang yang kebanyakan darinya sedang tutup. Pada akhirnya kami menemukan salah satu warnet yang buka dan hanya tersisa satu komputer. Ok, tidak mengapa cukup untuk kami berdua. Kenapa sampai jauh-jauh cari warnet di pusat kota? Sebenarnya di Kecamatan Subah ada banyak warnet, akan tetapi pada saat itu kami berdua tidak membawa laptop dan memang sekaligus mengurus biaya pendaftaran SBMPTN yang harus dibayar melalui Bank Mandiri sementara di dekat rumah hanya ada Bank BRI. Kurang lebih perjalanan 30 menit dari rumah ke pusat kota, mengantri di Bank cukup lama karena ramai dan berjalan muter-muter mencari warnet cukup membuat kami lelah. Berdua dalam satu cubicle warnet saling lempar pandangan. Masing-masing dari kami memang sudah menyiapkan jurusan dan universitas yang nantinya akan dipilih. Iza tentu memilih jurusan soshum sesuai dengan konsentrasinya di SMA yaitu IPS. Dan tahukah kalian? Saya memilih jurusan saintek sekaligus soshum. Wagelaseh. Saya tidak habis pikir bagaimana bisa saya seberani itu mengambil kelompok ujian campuran alias tim IPC. Wkwk. Lagi-lagi masalah kemantapan hati dan passion. Alhamdulillah orang tua tidak pernah mengekang dan mengharuskan anaknya memilih jurusan kuliah atau pilihan dalam hal apapun sesuai dengan kehendak mereka. Ibu selalu berpesan bahwa lakukan apa yang kamu suka, yang kamu kuasai dan kamu inginkan, asal itu baik dan kamu bisa mempertanggungjawabkan pilihan itu. Karena ibu tidak mau apabila anaknya melakukan sesuatu dengan paksaan maka hasilnya tidak akan maksimal.

Anak IPA ikut tes jurusan soshum wkwk (dok. pribadi)

                Kesehatan Masyarakat dan Sastra Jepang. Ya, kedua jurusan itulah yang saya pilih dan saya perjuangkan pada SBMPTN waktu itu. Cerita mengenai mengapa mengambil jurusan Kesehatan Masyarakat akan saya tulis pada postingan yang berbeda. Stay tune ya. Hehe. If you know,  selama saya sekolah formal belum pernah mendapatkan pelajaran bahasa Jepang. Dari SD sampai SMA bahasa asing yang pernah saya pelajari formal ya bahasa Inggris dan bahasa Perancis. Saya mempunyai ketertarikan untuk mempelajari bahasa Jepang sejak SMP, sejak itu saya belajar otodidak dengan mengikuti grup-grup belajar online bahasa Jepang di Facebook. Jepang adalah negara impian yang ingin saya kunjungi. Banyak hal baik yang perlunya dijadikan teladan. Saya mengikuti kelas online tersebut tiap hari, mingguan dan seterusnya.
                Persiapan SBMPTN tentu harus lebih keras daripada sebelumnya, doa dan ikhtiar lebih diperkuat lagi, dikencengin lagi. Tidak sedikit teman saya mengikuti bimbel untuk persiapan SBMPTN. Karena keterbatasan biaya, jarak dan memang saya dari kecil tidak pernah ikut bimbel jadi saya sudah terbiasa belajar sendiri pun berkelompok bersama teman. Untuk soal-soal saya meminjam dan mengkopi milik kakak-kakak kelas. Baik itu soal-soal SBMPTN maupun seleksi masuk universitas lain di tahun-tahun sebelumnya. Untuk saintek saya juga belajar dari soal-soal persiapan UN dan soal UN tahun-tahun sebelumnya yang seabrek. Alhamdulillahnya tes SBMPTN saintek tidak jauh-jauh dari soal UN sehingga tinggal diasah terus latihan soalnya. Sedangkan soshum, ini nih yang bikin greget. Karena terlalu fokus belajar saintek dan belum mengumpulkan soal-soal soshum, saya baru mempelajarinya H-2 minggu. Berbeda dengan saintek yang sudah saya pelajari jauh-jauh hari. Wagelaseh. Saya meminjam semua buku dan latihan soal soshum yang Iza punya. Sedikit cemas, tapi harus optimis.
                Saya dan Iza berpisah karena tentu lokasi ujian yang berbeda. Kelompok ujian campuran mendapat lokasi di UIN Walisongo (di kartu ujian masih IAIN) sedangkan kelompok soshum di UNDIP waktu itu. Hari sebelum tes, saya bersama rombongan teman-teman yang mendapat lokasi di UIN Walisongo berangkat bersama berkumpul di terminal Banyuputih. Pengalaman pertama, pergi sendiri naik bis ke Semarang. Alhamdulillah ada satu teman beda kelas di SMA yaitu Mbak Hanik (panggilan akrab) yang mendapat lokasi yang sama tetapi beda ruangan. Yah setidaknya di Kampus 3 saya mempunyai teman mencari kosan bersama. Sampai di depan gerbang Kampus 3 UIN Walisongo, saya dan Mbak Hanik kebingungan. Kami berdua tidak punya kenalan disana, belum mendapat tempat menginap dan hari sudah sore. Sampai kami masuk di setiap kosan menanyakan apakah ada tempat untuk menginap semalam saja. Singkatnya, kami dipertemukan dengan Mbak Hasna, dia menawarkan kamar untuk kami berdua. Meskipun Mbak Hasna juga punya teman sekamar, dia justru mempersilahkan kasurnya untuk ditempati kami berdua sedangkan dia memilih tidur di kasur lantai dengan alasan gerah. Mbak Hasna memang baik sekali, meski baru kenal dia mengajak kami berkeliling Kampus 3 pada malam hari untuk melihat lokasi tes agar besok paginya kami tidak terlambat karena belum tahu ruangan tesnya. Dia juga mengajak kami makan bersama di sekitar kampus. Semoga Allah membalas segala kebaikanmu, Mbak. Saya bersyukur, sangat bersyukur alhamdulillah akhirnya mendapat tempat untuk tidur. Saat berkeliling melewati masjid Kampus 3, tidak sedikit peserta yang mungkin terpaksa bermalam disana (kebanyakan laki-laki sih).
                Hari H tiba, sepertiga malam saya bangun untuk sholat dilanjutkan membaca-baca ringan materi hingga subuh. Antrian di kamar mandi sudah ramai bersama mbak-mbak kos lainnya. Jarak tempat menginap dengan ruangan tes cukup jauh, tetapi di jalanan banyak peserta yang juga akan menuju tempat tes sehingga jalan kaki terasa menyenangkan. Kira-kira pukul 05.30 WIB saya sudah berangkat. Mbak Hanik sudah berangkat lebih awal karena diantar saudaranya yang kebetulan sedang ada di Semarang. Baique, saya memang sudah terbiasa sendiri (jomblo sih). Hal yang paling penting sebelum tes adalah sarapan. Ibu selalu membiasakan sarapan sebelum berangkat sekolah jadi ya naluri mencari sarapan pun otomatis sudah terpatri. Di sebuah warteg saya bertemu dan mengobrol sebentar dengan teman-teman yang juga akan menjalani tes SBMPTN. Perlu dilakukan untuk mencairkan ketegangan, mencari informasi, bahkan bisa menambah teman baru yang sama-sama sedang survive di kota orang. 
                Satu ruangan diisi oleh 20 orang peserta, lulusan 2014 saat itu sebagian besar belum memiliki ijazah masih menggunakan SKHU sehingga kelihatan sekali yang membawa ijazah mungkin angkatan 2013 ke bawah. Sistem skoring pada saat itu benar bernilai +4, salah bernilai -1, tidak dijawab bernilai 0. Berbeda dengan kelompok ujian yang hanya  mengambil saintek atau soshum, durasi ujian kelompok campuran berjalan hingga sore. Urutannya yaitu mengerjakan TPA, kemudian saintek lalu istirahat dan untuk ujian soshum dilaksanakan setelah istirahat. Di teras kelas, taman kampus, kantin dll nampak sebagian besar peserta ujian yang diantar oleh orang tuanya. Sampai ada yang menggelar tikar makan bersama seperti piknik, pokoknya setelah keluar dari ruangan ada tempat yang mereka tuju untuk istirahat dan sedikit bercerita tentang hal yang dialami ujian sebelumnya. Sementara saya datang sendiri, tidak ada teman satu sekolah yang satu ruangan, tidak ada saudara atau kerabat yang mengantar pun menunggu. Memilih duduk di teras menikmati roti seribu-an dan air mineral yang saya beli di warteg tadi pagi. Tidak sedikit peserta yang juga datang sendiri, bahkan dari luar Jawa Tengah. Di teras kami bercengkerama bersama dengan sedikit membahas materi yang kira-kira akan keluar di ujian soshum nanti.

Cari-cari di kardus ternyata masih ada hehe (dok. pribadi)
                Malam hari, Mbak Hanik pulang ke rumah bersama saudaranya. Saya masih bermalam di kos-an Mbak Hasna. Bukan karena takut naik bis malam atau tidak ada saudara yang menjemput, urusan di Semarang masih sampai lusa. Ngapain? Lusanya saya harus verifikasi berkas untuk mengambil kartu ujian USM STAN. Berbeda dengan SBMPTN, kartu ujian USM STAN harus diambil secara langsung di Kanwil DJP Jawa Tengah I. Saya sudah janjian dengan 2 teman satu SMA untuk verifikasi bersama, Dewi dan Oktin. Kami janjian kumpul di Kampus 1 UIN Walisongo. Masih bingung ke arah mana hingga menjelang sore, akhirnya kami memutuskan untuk mencari kosan di sekitar Kampus 1, lagi-lagi pertolongan Allah Maha Baik kami dipertemukan dengan mbak mahasiswa (lupa namanya) yang menawarkan kami kosan murah meriah. Kami bertiga tidak pilih-pilih kosan. Satu kamar untuk bersama. Mendapat kos-an tanpa kasur dan hanya berlantai karpet toh untuk bermalam saja. Sepanjang malam saya tidak bisa tidur, pun Dewi dan Oktin ikut menenangkan diri ini karena kami bertiga baru ngeh akan sesuatu hal. Sebenarnya bisa saja saya esok hari memutuskan untuk pulang terlebih dahulu, karena waktu verifikasi masih dibuka sampai seminggu ke depan (kalau tidak salah, agak lupa soalnya). Tapi, kenapa tetap lanjut dan stay di Semarang?
Sewaktu lulus SMA saya baru saja genap berusia 17 tahun, sehingga ketika ada pembuatan e-KTP di sekolah saya belum boleh ikut karena usia tidak memenuhi syarat sehingga sebagai penggantinya yaitu melampirkan SKCK dari Polsek setempat (sesuai dengan berkas yang di upload waktu pedaftaran). Bukan itu perkara masalahnya, yang menjadi masalah adalah foto yang tertempel di SKCK adalah pas foto ijazah SMA yang tidak mengenakan jilbab (Ya, di SMA-ku baik yang berjilbab maupun tidak foto ijazah wajib kelihatan rambut terutama telinga, ruangannya tentu tertutup dan tidak diketahui oleh siswa laki-laki. Sedih sebenarnya, tapi mau bagaimana lagi sudah kebijakan sekolah. Saya harap adik-adik kelas nggak gini kan ya?).  
Kembali ke topik, sementara di ketentuan peserta yang datang harus hadir sesuai dengan identitas diri (dalam hal ini saya pakai SKCK). Saya tidak mungkin hadir ke DJP nggak pakai jilbab. Dewi dan Oktin menyemangatiku untuk tetap berpikir positif. Kami lupa berangkat jam berapa dari Ngaliyan ke daerah Indraprasta, pokoknya waktu itu jam 6 pagi kami sudah mengantri, itupun antriannya sudah mengular panjang. Sampai pada giliran pengecekan berkas, jengjengjeng! Berkas saya ditolak. Ya, berkas tidak diterima dengan alasan yang saya khawatirkan semalam. Aturan tetaplah aturan. Saya tetep keukeuh mengenakan jilbab. Saya sampai meminta kepada bapak petugas yang mengecek berkas saya untuk mengizinkan ibu petugas disampingnya ke toilet sebentar demi keabsahan identitas diri saya (saat lepas jilbab maksudnya). Permohonan tidak diterima, berkas tetap tidak bisa diverifikasi. Saya diminta untuk mengganti foto dan besok kembali lagi ke Semarang. Baique, saya memang orang yang keras kepala. Tapi dengan begini saya merasa lega karena bisa memastikan sendiri keraguan yang saya alami semalam. Sepanjang perjalanan bohong kalau saya tidak menangis. Sedih pastinya karena mengecewakan ibu yang menunggu kabar baik di rumah.

Soal USM STAN bagian dari perjalanan, terima kasih pengalaman (dok. pribadi)

Akan tetapi ada rasa lega yang Allah hadirkan. Ya, saya diberikan tanda cap khusus pada map. Tanda tersebut sebagai bukti bahwa esok hari ketika hadir saya tidak usah mengantri lagi langsung masuk saja ke bagian pengecekan berkas. Alhamdulillah. Allah itu pasti kasih yang terbaik untuk hamba-Nya. Tinggal kita yakin apa nggak, peka apa nggak, usaha keras apa nggak. Allah tahu, Maha Tahu. Singkat cerita datang hari tes USM STAN bersamaan dengan 1 Ramadhan. Puasa hari pertama yang pertama kalinya tidak di rumah. Huhu. Waktu itu saya mendapat lokasi di GU UPGRIS lantai 4. Lagi-lagi sendiri tanpa teman satu SMA di kelas. Tapi hikmahnya dapat banyak teman baru. Hehe. Soal-soalnya lumayan susah, banyak bedanya sewaktu mengikuti tryout. Tapi alhamdulillahnya tes berjalan dengan lancar.
Pengumuman SBMPTN kurang lebih 1 bulan dan berjarak 2 mingguan setelah tes USM STAN (lupa tanggalnya). Dari pagi sudah ramai teman-teman mengabarkan hasil tes SBMPTN mereka. Belum punya handphone android, jadi waktu itu tidak ada grup WA yang dengan mudahnya bisa tahu info-info dari teman. Akan tetapi saya putuskan untuk mengaksesnya sore-an saja. Karena server pasti sibuk sekali. Setelah maghrib seusai buka puasa di depan laptop, Iza datang ke rumah dan memutuskan untuk melihat pengumuman bersama. Rasanya degdeg-an tidak karuan. Tampilan login membuatku sedikit trauma karena sama dengan SNMPTN. Kami sampai sudah memikirkan plan A, B, C, D, E sampai Z (lebay wkwk) kalau-kalau kami tidak lolos. Saya mempersilahkan iza untuk terlebih dahulu yang membukanya. Dan hasilnya... Iza tidak lolos SBMPTN. Tulisan “Maaf blablabla...” berwarna merah muncul di layar. Kami berdua didampingi ibu masing-masing saling menyemangati. (oke, ini memang alay tapi memang begitu pas waktu itu wkwk). Iza tentu sedih, aku yang masih belum tahu hasilnyapun sudah menangis. Giliran aku membuka pengumuman, loadingnya berasa lama. Server not found dua kali. Server mungkin masih sibuk saat itu. Oke, drama dimulai. Dalam hati bergumam Ya Allah semoga engkau beri hasil yang terbaik, apapun itu. Dan hasilnyaaaaa....


Alhamdulillah Ya Allah saya lolos seleksi SBMPTN (dok. pribadi)

                Alhamdulillahirobbilalamiin, saya dinyatakan lolos seleksi SBMPTN 2014 dan diterima di jurusan Kesehatan Masyarakat Universitas Negeri Semarang (UNNES). Sungguh, saya menangis sejadi-jadinya, ibu pun ikut menangis. Aku tersungkur sambil menangis, bersujud berterima kasih kepada Sang Pencipta yang memberikan jalan terbaik untuk aku lalui 4 tahun ke depan. Pengumuman USM STAN diterbitkan beberapa minggu setelah daftar ulang SBMPTN sudah dilaksanakan, sehingga saya tidak berharap lebih dan memang benar adanya, saya tidak lolos. If you know, anak IPC (sebutan kelompok ujian campuran) adalah kelompok peserta yang ramai diperbincangkan punya kuota sedikit sekali bisa lolos. Memang riskan sih, karena universitas tentu mencari yang  benar-benar minat di saintek dan/ soshum. Tetapi, kuasa dan kehendak Allah siapa yang mampu menghalangi. Dia-lah yang Maha dari segala Maha. Asal kita berusaha keras dan maksimalkan diri, yakin dan terus berdoa memohon kepada-Nya meminta yang terbaik, maka ketika diberi hasil apapun itu yakinlah itu yang terbaik bagi kita.

---
                Bagi adik-adik yang mau ikut SBMPTN, percaya sama passion kalian apa. Jangan berpikiran tes SBMPTN itu susah terus langsung cari universitas swasta karena takut dan sebagainya. Menyerah baru sampai SNMPTN? Kalau kalian yakin dengan mimpi kalian, maka perjuangkanlah. Coba saja, berani mencoba itu baik. Kalian sudah memutuskan untuk mencoba sesuatu itu berarti kalian sudah menang. Ya, menang melawan diri sendiri itu hebat.

You May Also Like

2 comments

  1. Tulisan yang bagus rin,
    Tapi saran saya, tulisan blog itu gak sama kaya buku. Satu paragraf jangan terlalu banyak kalimat. Coba pecah lagi, satu paragraft cukup 2 kalimat lebih baik. Biar ada engangement antara tulisan dg pembaca blog. Shg pembaca blog gak pusing dan bisa baca sampe akhir. Hehe. Mampir di blogku juga ya. Sehatku dot club.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Fadiiil, thank you sdh mampir dan sarannya, hehe monmaap kebiasaan nulis cerpen. Next diperbaiki.

      Delete

Hak Cipta dilindungi oleh Undang-Undang. Powered by Blogger.

Translate