pic source: Kemenkes RI |
Kini semuanya
diminta untuk menerima
Dunia dihadiahkan
dengan soal ujian tak terduga
Membekukan lini
masa sementara
Sampai-sampai
bersembunyi dalam kekhawatiran yang meronta
Namun hal itu tak
berlaku bagimu
Panggilan tugas
untuk pandemi sudah menanti
Menyambut ancaman
yang kau anggap sebagai kawan
Kali ini kau
bekerja lebih panjang dari biasanya
Beban yang kau
pikul lebih runyam dari hari-hari sebelumnya
Melupakan takut
jauh ke dasar relung
Menyemai berani
dibalut cemas yang menggunung
Seperti pagar
yang dekat melindungi
Kau menerima
lingkungan yang tak menghiraukan
Menganggap
keberadaanmu hanya sebagai hiasan padahal paling depan
Mulia kau menelan
pandangan itu, dan terus memperkuat langkahmu
Kau pagar yang
terus menjaga, merawat, dan memelihara
Kau garda yang
terus melayani, memantau, dan merekam peristiwa
Tak perlu orang
paham, bahwa setiap hari kau bertaruh nyawa
Meramu cara
bagaimana agar terselematkan semua
Namun jika kau
lelah, rebahkan sejenak pikirmu
Tapi tetaplah
disini, jangan pernah berpikir untuk lari
Perjuangan jangan
sampai terhenti
Jika nanti badai
ini pergi, ijinkan kami hadir memelukmu
Menyeduhkan
secangkir teh hangat sebagai teman
beristirahat
Menepuk pundakmu
dan sembari berkata
“Terimakasih telah berjuang,
terimakasih telah mengajarkan kami apa makna sabar untuk sehat,
hingga kita semua bisa bernafas dengan penuh syukur nikmat.”
Malang - Batang, 3 Mei 2020
---
Puisi ini didedikasikan untuk para tenaga kesehatan pelayanan primer yang merupakan pelintas terdekat dengan masyarakat dalam masa pandemi COVID-19. Saya dan Mbak Wirantika diajak kembali untuk berkolaborasi menyusun puisi untuk memberikan semangat bagi mereka. Direktorat Pelayanan Kesehatan Primer, Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI menerbitkan protokoler bagi Puskesmas untuk tatalaksana pelayanan selama pandemi COVID-19 yang berjudul "Petunjuk Teknis Pelayanan Puskesmas Masa Pandemi COVID-19". Puisi ini terlampir pada halaman depan protokoler tersebut.
0 comments