MSG: Terinspirasi dari Kombu Dashi (昆布だし)

by - September 13, 2018


Asam glutamat adalah salah satu asam amino yang paling umum ditemukan di alam. Komponen utamanya banyak mengandung protein dan peptida, dan sebagian besar ada di jaringan. Asam glutamat digolongkan asam amino non essensial karena tubuh manusia sendiri dapat menghasilkan asam glutamat dan memainkan peran penting dalam metabolisme. Hampir setiap makanan mengandung glutamat. Komponen yang paling banyak yaitu berasal dari protein alami seperti daging, ikan, susu dan beberapa sayuran.

Sumber glutamat alami (pic source: Ono, 2016)
      Tahun 1908, seorang ahli kimia dari Jepang yaitu Prof. Ikeda Kikunae mengisolasi rumput laut untuk memberi rasa seperti kombu dashi (kaldu Jepang). Di Jepang, kombu dipakai dalam masakan Jepang sebagai bahan dasar kaldu yang disebut dashi, dimasak bersama sayur-sayuran dan daging, atau diproses menjadi makanan olahan sebagai lauk teman makan nasi. Kombu dashi adalah kaldu bening yang diambil dari kombu (ganggang/rumput laut). Kombu didiamkan di dalam panci yang berisi air, dimasak hingga mendidih, Kombu diangkat, dan air rebusannya siap digunakan. Kombu mentah dijual dalam bentuk kering dengan ukuran yang berbeda-beda sesuai harga dan keperluan. Kombu kering terbaik yang digunakan di restoran ada yang dijual dalam bentuk lembaran yang sangat panjang (1-2 meter).
Pic source: www.justonecookbook.com
Saat pelatihan di pusat kimia organik di Jerman, Ikeda berbagi dengan rekannya bahwa ia ingin mengembangkan sumber nutrisi yang murah dan diproduksi secara massal. Ikeda kemudian ingat bahwa ia telah menerima inspirasi dari artikel seorang dokter Jepang Miyake Hide yang mengklaim bahwa rasa itu dapat mempengaruhi pencernaan.

Prof. Ikeda Kikunae (pic source: Sand, 2005)
“Selalu disesali oleh pola makan bangsa kita yang buruk, saya sudah lama merenung bagaimana itu bisa diperbaiki, tetapi tidak menemukan ide yang bagus sampai saya baca artikel ini. Kemudian terpikir oleh saya untuk memproduksi sesuatu yang bagus, bumbu yang murah, makanan bergizi yang lezat.”
Monosodium glutamat sintetis inilah yang memicu penggunaan penyedap makanan secara besar-besaran terutama di industri pangan. Secara alamiah manusia atau binatang pasti mencari makanan yang aromanya paling enak dan itu didapat dari makanan yang dibubuhi penyedap.
Monosodium glutamat (MSG) adalah garam sodium L-glutamic acid yang digunakan sebagai bahan penyedap makanan untuk merangsang selera. Adalah hasil dari purifikasi glutamat atau gabungan dari beberapa asam amino dengan sejumlah kecil peptida yang dihasilkan dari proses hidrolisa protein (hydrolized vegetable protein/HVP).
Sebagai penambah rasa, MSG meningkatkan rasa sedap dari makanan. Monosodium glutamat (MSG) menghasilkan rasa yang tidak dapat diberikan oleh makanan lainnya. Rasa yang dijelaskan dalam bahasa Jepang sebagai umami, yang artinya ''gurih''. Ikeda telah mengusulkan bahwa umami adalah rasa dasar kelima, berbeda dari rasa dasar yang dikenal manis, asam, asin, dan pahit. Rasa umami dapat merangsang salivasi dan sensasi menyenangkan dalam rongga mulut sehingga dapat dijadikan sebagai alternatif penambah nafsu makan dan mempermudah pencernaan pada kaum lansia yang  mengalami penurunan kemampuan indera perasa.
Monosodium glutamat (MSG) yang dimetabolisme dalam bentuk glutamat akan didistribusikan sebagai asam amino non esensial ke jaringan tubuh dengan 57% dari asam amino yang diabsorbsi akan diubah menjadi urea melalui hepar, 6% menjadi plasma protein, 23% absorbsi asam amino melalui sirkulasi umum sebagai asam amino, dan sisanya 14% disimpan sementara di dalam hepar sebagai protein hepar. Hepar sendiri mempunyai kemampuan terbatas dalam memetabolisme asam glutamat. Bila kadar glutamat melebihi kapasitas hepar untuk memetabolisme maka kadar glutamat plasma akan meningkat memicu hiperlipidemia dan hiperglikemia. Dan akan menyebabkan terjadinya kerusakan pada hepar.
Sejak akhir 1960-an MSG telah diklaim menjadi penyebab berbagai efek samping di orang-orang yang makan makanan yang mengandung aditif. Secara khusus, MSG telah terlibat sebagai agen penyebab di kompleks gejala yang dikenal sebagai sindrom restoran Cina dan juga sebagai pemicu untuk bronkokonstriksi pada beberapa individu penderita asma. Menurut Olney, konsentrasi di atas 60 u Mol/dl dapat menyebabkan kerusakan pada otak, penurunan kecerdasan, gejala keracunan makanan dan berpengaruh pada sistem reproduksi. Dapat juga memicu reaksi alergi, Chinese restaurant syndrome dan apabila dalam jangka panjang dapat memicu terjadinya hipertensi, obesitas, kanker, alzheimer, parkinson, dan stroke.
Batas maksimum penggunaan Monosodium Glutamat (MSG) sesuai Acceptable Daily Intake (ADI) adalah 0-120 mg/kg berat badan. Penggunaan MSG sebagai bahan penyedap makanan telah direkomendasikan oleh WHO dan rekomendasi dari Badan Pengawas Obat dan Makanan di Amerika Serikat menyebutkan bahwa pemakaian MSG paling banyak adalah 6 mg/kg berat badan manusia dewasa. Federation of American Societies for Experimental Biology (FASEB) menyebutkan batas aman penggunaan MSG adalah sebesar 0,5 gr-2,5 gr per hari.
Pic source: steemit.com
Kemudian, yang jadi pertanyaan banyak orang “Apakah masyarakat Jepang sendiri mengkonsumsi MSG?” Jawabannya  tentu Ya, ada istilah Aji-Shio (味塩) yang  merupakan campuran dari MSG dan garam dengan perbandingan 1:9 . Hal ini untuk menghindari penggunaan MSG yang terlalu banyak ketika memasak. *Bisa dicoba dibikin sendiri nih, kasih tahu ke ibu di rumah ya*. Ada juga beberapa makanan dan bumbu-bumbu di Jepang yang tentu mengandung MSG seperti mie instan, kecap, kaldu, makanan beku, sosis, olahan ikan dll. Bisa mengeceknya pada bagian komposisi dan tertulis huruf kanji sebagai berikut 調味料酸「アミノ酸」atau アミノ酸等.

Daftar Pustaka
Food Standards Australia New Zealand. 2003. MONOSODIUM GLUTAMATE: A Safety Assessment.
Husarova, V & Ostatnikova, D. 2013. Monosodium Glutamate Toxic Effects and Their Implications for Human Intake: A Review. JMED Research, 2013:1-12.
International Food Council Foundation. Review: Glutamate and Monosodium Glutamate: Examining the Myths.
Ono, H. 2016. Workshop on “Umami” and MSG
Sand, J. 2005. A Short History of MSG: Good Science, Bad Science, and Taste Cultures. Investigation. Gastronomica.
Septadina, IS. 2014. Pengaruh Monosodium Glutamat Terhadap Sistem Reproduksi. Palembang: FK UNSRI.
Widyalita PE, Sirajuddin, S, & Zakaria. 2014. Analisis Kandungan Monosadium Glutamat (MSG) pada Pangan Jajanan Anak di SD Komp. Lariangbangi Makassar.


You May Also Like

0 comments

Hak Cipta dilindungi oleh Undang-Undang. Powered by Blogger.

Translate