Definisi Produk Ultra Proses

Istilah "makanan produk ultra proses" dikembangkan dalam klasifikasi makanan baru yang diusulkan dan dikenal sebagai klasifikasi NOVA. Hal ini berbeda secara mendasar dari saran yang ditetapkan tentang pola diet yang optimal karena tidak didasarkan pada asupan nutrisi, tetapi pada tingkat pemrosesan makanan. Klasifikasi NOVA semakin banyak digunakan untuk mengevaluasi tren yang berkaitan dengan pola diet dengan penyakit kronis, tetapi pada dasarnya berbeda dari semua pendekatan sebelumnya, untuk mendefinisikan pola makan sehat karena tidak didasarkan pada parameter nutrisi apapun, melainkan didasarkan pada tingkat makanan mana yang diproses (Gibney, 2018).

Secara singkat definisi produk ultra proses dari tahun ke tahun (2009-2017) :

• Penambahan "food additives" : gula, garam, lemak, perisa, penguat rasa, dsb.
• Pangan praktis, disukai lidah (palatable)
• Pengolahan industri untuk menyerupai keaslian bahan alaminya
• Produk massal industri seperti roti, sereal, pangan kemasan: coklat, pasta, biskuit, permen, es krim, margarin, selai, yoghurt berbagai rasa dsb.

pic source: akurat.co

• Gula, minyak, lemak, garam dan lainnya yang berasal dari bahan pangan dan digunakan di dapur

pic source: priceza.co.id

• Produk kalengan
• Buah kering
• Produk daging yang diasinkan
• Keju rumahan
• Roti segar tidak dikemas

4. Produk ultra proses

sumber: foodnavigator.com

• Minuman ringan
• Cemilan kemasan
• Roti produk massal
• Berbagai produk nugget dan makanan beku bermerk
• Aneka produk yang tidak lagi mengandung bahan utuh
• Diproduksi industri besar-besaran dengan komersialisasi, mengambil untung, masa kadaluwarsa panjang, dipromosikan secara nasional, berisiko menggantikan kelompok pangan lain

Masalah Pangan Ultra Proses

Berdasarkan hasil peneltian Hall, et. al (2019) produk pangan ultra proses dapat menjadi pencetus penyakit tidak menular seperti diabetes, hipertensi dan sindroma metabolik. Selain itu juga menjadi pencetus obesitas dan gangguan gizi pada tumbuh kembang anak.

Produk pangan ultra proses menjadi komoditas karena mudah didapat, praktis, ekonomis, dirancang untuk menciptakan kecanduan, dianggap penyokong pertumbuhan ekonomi dan industri. Sasaran paling banyak pada kelompok masyarakat menengah ke bawah sehingga hal ini menjadi bahan pertimbangan betapa pentingnya edukasi mengenai bahayanya apabila dikonsumsi terus-menerus pun dalam jumlah yang tidak sedikit.

Berikut dibawah ini ada contoh jurnal ilmiah lainnya yang menjadi bukti bahwa produk pangan ultra proses dapat menimbulkan berbagai masalah lainnya khususnya pada bayi dan anak:

1. Consumption of ultra-processed food products and its effects on children's lipid profiles: a longitudinal study (Rauber, et. al, 2015)

• Secara singkat, Rauber dkk. menemukan bahwa konsumsi produk ultra proses pada usia prasekolah adalah prediktor signifikan dari peningkatan total konsentrasi LDL kolesterol selama masa kanak-kanak. Jadi, pola makan di masa anak-anak mungkin dapat menandai awal dari profil lipid yang mempengaruhi pada perubahan aterosklerotik dini, hal ini terkait dengan perkembangan terjadinya penyakit kardiovaskular.
• Konsumsi makanan produk ultra proses menyumbang sekitar 50% dari total energi yang dikonsumsi oleh anak-anak.
• Selain itu, produk ultra proses memilki rasa sangat enak (yang membuat anak-anak quasi-adiktif) dan dapat menyebabkan gangguan fisiologis terhadap sinyal lapar dan kenyang, sehingga mendorong anak untuk makan berlebihan

2. Ultra-processed foods and the nutrition transition: Global, regional and national trends, food systems transformations and political economy drivers (Baker, et. al, 2020)

• Nutrisi yang tepat dan terukur dari makanan bayi yang dijual di pasaran tidak mempunyai keabsahan yang valid
• Menurut kandungan gizinya, makanan bayi yang difortifikasi itu memiliki kualitas yang rendah, saat menjadi makanan ultra proses

Sumber: catatan pribadi (paparan narasumber yang dikembangkan), dalam acara Webinar: MP-ASI Berkualitas, Investasi Generasi Sehat, Cerdas dan Berkualitas pada 27 November 2021 (narasumber: dr. Tan Shot Yen, M.Hum)

screen capture pribadi