Menarik ya kawan, dalam pidato kenegaraan saat upacara
Hari Ulang Tahun ke-74 Republik Indonesia, salah satu pesan dalam pidato Presiden Joko
Widodo menitikberatkan pada isu stunting.
Kira-kira apa sih poin yang disampaikan oleh beliau? Mumpung masih dalam suasana
bulan kemerdekaan, mari kita ulas bersama. :)
---
Tema peringatan hari
kemerdekaan tahun 2019 kali ini bertajuk “SDM Unggul, Indonesia Maju”.
Kutipan-kutipan dari pidato Pak Jokowi berkaitan dengan SDM Unggul disini
kurang lebihnya sebagai berikut:
“....Kita
butuh SDM unggul yang berhati Indonesia, berideologi Pancasila. Kita butuh SDM
unggul yang toleran, yang berakhlak mulia. Kita butuh SDM unggul yang terus
belajar bekerja keras, berdedikasi....”
“....Kita
butuh SDM yang berbudi pekerti luhur dan berkarakter kuat. Kita butuh SDM yang
menguasai keterampilan dan menguasai ilmu pengetahuan masa kini dan masa depan....”
“.....Namun,
untuk mencetak SDM yang pintar dan berbudi pekerti luhur harus didahului oleh
SDM sehat dan kuat. Kita turunkan angka stunting
sehingga anak-anak kita bisa tumbuh menjadi generasi yang premium. Kita
perluas akses kesehatan dengan pemanfaatan teknologi dan pembangunan
infrastruktur dasar ke seluruh pelosok tanah air. Kita tingkatkan kualitas
kesehatan dengan pengembangan inovasi dan budaya hidup sehat.....”
Menurut
data Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar), angka prevalensi status gizi anak di Indonesia mengalami perbaikan. Angka
stunting di tahun 2013 sebesar 37,21% menjadi 30,79% pada tahun 2018, kurang
gizi sebesar 19,6% menjadi 17,68% sedangkan obesitas dari 11,90% turun menjadi 8,04%.
Standar dari WHO (World Health Organization) bahwa angka prevalensi dikatakan baik untuk stunting
≤ 20%, kurang gizi ≤ 10% dan obesitas ≤ 5%. Tentu Indonesia masih jauh dari
persentase tersebut, akan tetapi dengan adanya peran dan kerjasama antara pemerintah,
tenaga kesehatan dan masyarakat angka-angka tersebut tidaklah mustahil untuk
dicapai.
source pic: Kemenkes RI |
Begitu pentingnya pencegahan stunting, sampai muncul jargon dari
Kementerian Kesehatan RI yaitu “Cegah Stunting itu Penting”. Pak Jokowi pun
menghimbau agar angka stunting diturunkan
lagi agar anak tumbuh menjadi generasi yang premium. Sepenting itukah stunting?
Stunting (kerdil) adalah kondisi gagal tumbuh pada anak dibawah dua
tahun yang disebabkan kekurangan gizi pada waktu yang lama (kronis). Akibat
apabila anak mengalami kondisi stunting
yaitu pertumbuhan tinggi badan melambat, pertumbuhan gigi terlambat, kurang
dalam hal tes perhatian dan memori belajar, usia 8-10 tahun anak menjadi lebih
pendiam, tanda pubertas terlambat dan wajah tampak lebih muda dari anak
seusianya. Pencegahan stunting dapat
dicegah dengan beberapa intervensi sebagai berikut:
1. Ibu hamil mendapat tablet tambah darah, minimal 90 tablet selama kehamilan
2. Pemberian makanan tambahan ibu hamil
3. Pemenuhan gizi
4. Persalinan dengan dokter atau bidan yang ahli
5. Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
6. Berikan ASI Eksklusif pada bayi hingga usia 6 bulan
7. Berikan Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) untuk bayi diatas 6 bulan - 2 tahun
8. Berikan imunisasi dasar lengkap dan vitamin A
9. Pantau pertumbuhan balita di Posyandu terdekat
10. Lakukan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (source: indonesiabaik.id)
1. Ibu hamil mendapat tablet tambah darah, minimal 90 tablet selama kehamilan
2. Pemberian makanan tambahan ibu hamil
3. Pemenuhan gizi
4. Persalinan dengan dokter atau bidan yang ahli
5. Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
6. Berikan ASI Eksklusif pada bayi hingga usia 6 bulan
7. Berikan Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) untuk bayi diatas 6 bulan - 2 tahun
8. Berikan imunisasi dasar lengkap dan vitamin A
9. Pantau pertumbuhan balita di Posyandu terdekat
10. Lakukan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (source: indonesiabaik.id)
Menurut
penelitian Prendergast dan Humphrey (2014),
stunting adalah proses yang berjalan seperti siklus karena anak perempuan
yang dulunya stunting di masa kecil
cenderung memiliki keturunan stunting.
Stunting cenderung dipandang sebagai
suatu kondisi yang ditentukan dalam 1000 hari pertama kehidupan (HPK), karena hal tersebut berbanding
lurus dengan kejadian kegagalan pertumbuhan sejak kehamilan dan terus
berlanjut sampai usia 24 bulan, dengan tanda pemulihan yang berjalan lambat.
Siklus berantai ini dapat diputus apabila ada tindakan penanganan atau
pencegahan yang berkaitan dengan asupan nutrisi yang memenuhi kebutuhan setiap
kondisi. Dapat dimulai dengan pengelolaan asupan nutrisi yang baik pada remaja
perempuan. Mereka rentan terkena anemia gizi besi, gangguan makan, picky eaters, body image, sedentary
lifestyle dan sebagainya. Karena SDM unggul tercipta dari calon ibu hamil
yang baik status gizinya. Jadi, sudahkah kalian sadar pentingnya menjaga asupan
makanan sejak remaja, wahai kaum perempuan?
source pic: brilio.net |
0 comments