Youth Town Hall Pertama di South-East Asian Region WHO
Huhu sudah lama sekali nggak update blog, maapkan ya
karena ada beberapa hal yang dikerjakan dan cukup menyita waktu senggang.
Sesuai janji, saya akan share
catatan-catatan kecil yang penting dan berhasil saya kutip dari para speakers Youth Town Hall Jakarta bulan Maret lalu (hmmm udah 3 bulan lalu ya
ternyata, semakin merasa bersalah nih).
Mohon dimaafkan ya. Baiklah, selamat membaca dears!
---
Kementerian Kesehatan RI menyelenggarakan Youth Town Hall pada tanggal 20-21 Maret
2019. Youth Town Hall adalah sebuah
platform konsultasi, partisipatif antara pemangku kepentingan terkait dan
kelompok pemuda untuk bertukar masukan dan rekomendasi tentang bagaimana
meningkatkan kolaborasi dan keterlibatan kelompok pemuda dalam kesehatan dan
kesejahteraan kalangan remaja. Youth Town
Hall untuk wilayah EMRO (Eastern
Mediteranian Regional Office) pertama telah diselenggarakan di Kairo, Mesir
pada tanggal 4 Desember 2018 dan telah berhasil melibatkan lebih dari 100
pemimpin muda dari wilayah EMRO. Untuk SEAR (South-East
Asian Region), acara ini pertama kali diadakan di
Indonesia. Dari 11 negara SEAR, 10 negara SEAR yang hadir. Hanya Korea Utara
yang tidak mengirimkan delegasinya.
Youth
Town Hall
bertujuan untuk memahami prioritas kebutuhan kesehatan yang dirasakan kaum
muda, dan memahami harapan kaum muda dari berbagai sudut pandang, termasuk kaum
muda dari komunitas yang rentan dan terpinggirkan. Secara khusus, pertemuan
bertujuan untuk memfasilitasi dialog, mendorong umpan balik, menyuarakan
beragam perspektif, dan mendiskusikan cara-cara untuk mengatasi keterlibatan
pemuda dalam masalah kesehatan dan kesejahteraan mereka. (source: www.depkes.go.id)
Sebagai event
partner utama CISDI (Center for
Indonesia's Strategic Development Initiatives) begitu epic mengemas jalannya acara. Kurang lebih ada 100 pemuda di hari
pertama (20 Maret 2019) dan hanya diikuti serta diperuntukkan bagi delegasi/pemimpin
muda dari 10 negara SEAR tersebut sedangkan di hari kedua (21 Maret 2019) ada kurang
lebih 1500 pemuda dari berbagai latar belakang, instansi dan daerah. Nah, saya mengikuti kegiatan di hari
kedua. Mengikuti alur registrasi langsung di hari pembukaan pendaftaran 1000 seat dan langsung pesan tiket kereta
tanpa pikir panjang, hehe. Dan benar,
belum ada satu jam seat sudah habis. Kemudian
atas respon positif yang membludak akhirnya dibuka lagi untuk 500 seat. Pendaftaran acara ini tidak
dipungut biaya apapun alias gratis.
Balai Sarbini (dok. pribadi) |
Saya berangkat pagi kurang lebih jam 7 dari
Kartini, Jakpus naik ojol (ojek
online) ke Balai Sarbini. Sendiri dan benar-benar tidak ada teman yang dikenal
yang akan bersama nanti. Tetapi qadarullah
turun dari ojol, ternyata banyak
peserta yang juga datang dari daerah dan sendiri. Waktu itu saya jalan menuju
balai dan kami saling berkenalan, namanya mbak Putri (Alumni Gizi Kesmas UI).
Bersama mbak Putri saya menghabiskan hari sampai selesai acara. Hampir di akhir
acara, ternyata ada adik tingkat dan teman seangkatan IKM UNNES yang hadir juga.
So, Jangan takut sendiri.
Berjejaringlah, hehe. Saat diabsen
oleh pembawa acara banyak sekali yang dari luar Jakarta, bahkan luar Pulau
Jawa. Saya speechless, merasa sangat
bersyukur bisa berkesempatan hadir dalam kegiatan ini.
bersama mbak Putri di photo booth (dok. pribadi) |
Beruntungnya saya datang pagi, karena peserta
yang terlambat, tidak mendapatkan merchandise
dengan lengkap. Pendaftaran gratis dan merchandise
yang didapatpun menarik. Setiap peserta mendapat goodie bag GERMAS, polo shirt
GERMAS, tumblr dan snack GERMAS. Waktu makan siang, semua
peserta juga mendapat paket lunch box
yang tentunya bergizi seimbang. Tumblr digunakan
sebagai merchandise agar peserta
mengisi ulang air mineral secara mandiri di bagian belakang hall. Setiap selesai sesi juga dilakukan
peregangan bersama yang dipandu oleh instruktur. Benar-benar acara yang
menerapkan zero waste dan GERMAS
(Gerakan Mayarakat Hidup Sehat). Minusnya
dari acara tersebut, lunch box yang
digunakan bukan reusable box sehingga
sampah yang dihasilkan menumpuk. Lagi,
tempat salat dengan space kecil tidak
sesuai dengan jumlah peserta yang mengakibatkan antrian wudhu mengular panjang.
--
Hari kedua acara Youth Town Hall Jakarta tersebut diselenggarakan di Balai Sarbini,
Jakarta Selatan. Selain peserta yang terdiri dari mahasiswa, penggiat LSM dan
organisasi kesehatan, acara juga dihadiri oleh para alumni Nusantara Sehat dan
Pencerah Nusantara. Tak kalah penting, peserta yang hadir juga dipenuhi dengan
para penyandang disabilitas. Selama jalannya acara ada seorang
translator bahasa isyarat yang secara khusus memfasilitasi mereka. Sistem pengajuan pertanyaan dan sharing gagasan sekaligus sebagai alat komunikasi
antara peserta dan para pembicara yaitu menggunakan aplikasi pigeon hole. Sangat menarik dan berasa sekali atmosfer partisipatif-aktif
dari peserta.
Pembukaan diawali oleh sambutan dan paparan
kinerja pemerintah Kabinet Kerja dari Menteri Kesehatan RI (Bu Nila Moeloek),
Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan RI dan Menteri
Pemuda dan Olahraga RI (Pak Imam Nahrawi). Dilanjutkan oleh Mbak Angkie Yudistia yaitu seorang tuna
rungu (Founder Thisable.id) yang memaparkan bahwa dari 21 juta jiwa di
Indonesia penyandang disabilitias, 40% nya adalah pengangguran. Oleh karena itu,
perlu ada kelas inklusi bagi yang terdiri dari akses, partisipasi dan
non-diskriminasi.
Girls' Power-Bu Ani menjelaskan tentang linsek masalah rokok (dok. pribadi) |
Pembicara yang mengisi acara juga tidak
kalah menarik, ada Menteri Kesehatan RI (Bu Nila Moeloek), Menteri Luar Negeri
RI (Bu Retno Marsudi) dan Menteri Keuangan RI (Bu Sri Mulyani). Beliau bertiga
hadir di segmen Girls’ Power.
Dalam paparan Bu Retno membahas mengenai
peran Indonesia untuk Palestina. Bu Ani membahas mengenai peran lintas
sektor dalam mengatasi masalah rokok. Perokok anak tahun 2018 menduduki
persentase 9,1% (7,8 juta) dan hal tersebut mengkhawatirkan kalau tidak segera
ditangani. Ada peran dari kementerian kesehatan, industri, pertanian, ketenagakerjaan,
dan keuangan sehingga perlu dirumuskan dan dicari prioritas dampak yang paling
pentingnya. Dalam ranah kementerian keuangan, ketika kemenkeu akan menaikkan
tarif cukai rokok selalu ada protes dari industri dan pemda yang semakin tinggi
serta hal ini menimbulkan semakin meningkatnya industri rokok ilegal di
berbagai daerah. Pemerintah berhasil menurunkan angka industri rokok ilegal
dari 12% menuju 7%, dan target selanjutnya yaitu 3%.
“Jadilah agen toleransi, jadilah agen perdamaian.”; “Indonesia harus jadi bridge builder, jembatan perdamaian” -Bu Retno Marsudi
“Untuk mengatasi hal tersebut, kita harus membuat situasi pra-kondisi, yaitu mengurangi akses sosial dan kriminal baru (ilegal rokok).” -Bu Sri Mulyani
Bu Nila memaparkan banyak hal di
bidang kesehatan salah satunya gizi. Gizi remaja sangat penting untuk
diperhatikan sebagai persiapan kehamilan. Di Indonesia prevalensi status gizi
balita dikatakan membaik apabila stunting <20%, gizi kurang + gizi buruk
<10% dan kurus + sangat kurus <10%. Masalah lain yang masih menjadi
masalah kesehatan di Indonesia yaitu penyakit menular, penyakit tidak menular
dan penyakit emerging + re-emerging (MERS Kohf). Dalam 30 tahun
terakhir, terjadi perubahan pila penyakit terkait dengan perilaku manusia. Pada
tahun 1990, penyakit menular seperti ISPA, TB (saat ini no. 3 di dunia; 86% keberhasilan
pengobatan), diare, HIV dan malaria. Pada tahun 2010 mulai trend penyakit tidak menular seperti diabetes, hipertensi dan penyakit jantung. Pada tahun 1990 dan 2017, penyakit
stroke masih menduduki penyakit no. 1 penyebab kematian di Indonesia.
---
Sesi kedua, segmen inspirasi dari Alumni Nusantara Sehat dan Pencerah Nusantara (Nurasma Hamra Yati), Penggagas Posyandu Remaja (Yoga Andika), Komunitas
Into The Light (Benny Prawira), Komunitas
Gerakan Muda FCTC (Margianta Surahman Juhanda Dinata), dan Komunitas Gerakan
Diet Kantong Plastik (Rahyang Nusantara).
Mbak Hamra sharing kepada peserta YTH2019 (dok. pribadi) |
Mbak Hamra ditempatkan
di perbatasan Papua dan Papua Nugini (daerah endemis malaria) mendapatkan fakta
bahwa disana selama ±8 bulan Puskesmas setempat dalam kondisi terkunci.
Masyarakat beranggapan apabila ada warga yang terserang malaria maka ada
kaitannya dengan hal mistis, dan kematian bagi mereka adalah hal yang sudah biasa sering
terjadi. Memandikan bayi yang benar, melipat baju, mendidihkan air,
menyiapkan makan yang baik dan hal sederhana lainnya itu saja mereka masih
perlu diajari. Mas Yoga di lereng Gunung Bromo mendirikan
laskar pencerah Posyandu Remaja tujuannya untuk mengurangi pernikahan dini,
putus sekolah dan hamil diluar nikah. Kegiatan yang dilakukan di Posyandu
Remaja diantaranya pengukuran berat badan, tinggi badan, tekanan darah, lingkar lengan dan KIE (Komunikasi,
Informasi dan Edukasi).
“Lakukanlah saja hal-hal kecil yang bisa kita lakukan. Tidak usah muluk-muluk." -Mbak Hamra
“Jangan mengharapkan sesuatu, tidak ada perjuangan yang tidak membuahkan hasil.” -Mas Yoga
Mas Benny, pemerhati
kejiwaan (suicide preventif) menyebutkan
fakta bahwa setiap 40 detik ada 1 kasus bunuh diri di dunia. Beliau memaparkan
slide presentasi untuk self-healing
kepada semua peserta di hall.
“Apa yang kamu
rasakan itu valid, jangan dengarkan orang lain yang bilang bahwa itu
berlebihan." -Mas Benny
Mas Gian, seorang
inisiator FCTC dan pernah menjadi speaker di #OneYoungWorld sampai saat ini terus mengajak pemuda Indonesia
untuk mendesak pemerintah mengaksesi Framework
on Convention Tobacco Control. Mas
Ryan menerapkan 3 prinsip dalam dietkantongplastik.com yaitu policy advocay, retail engagement dan social.
“Kita
(pemuda) tidak menawarkan pengalaman, kita (pemuda) menawarkan masa depan." -Mas Gian
presentasi dari Mbak Helga-Burgreens (dok. pribadi) |
Sesi selanjutnya yaitu perwakilan dari Gender and Youth WHO (World Health Organization), Bu Diah Saminarsih menjelaskan mengenai peran dan modalitas pemuda dalam pembangunan kesehatan. Modalitas pemuda itu ada 4 yaitu solidaritas, inklusi, apresiasi dan kritis-konstruktif. Beliau menjelaskan tahapan-tahapan cara memproses inspirasi menjadi aksi yaitu dengan mendengarkan best practice, berani berpikir inovatif dan berani gagal, memilih entry point sesuai dengan passion, memperkaya jejaring dan data base, membaca referensi kemudian memperluas wawasan. Pesan Bu Diah, Youth Town Hall ini harus berprogres, terus berkomunikasi menjadi critical mass di bidang kesehatan. Pada segmen terakhir ada dari Burgreens (Helga Angelina), Founder Du’Anyam (Yohana Sofia Vunga), Co-Founder Kok Bisa? (Ketut Yoga Yudhistira), Dancer (Fay Nabila) dan Atlet Jetski (Aero Sutan Aswar). Terakhir sebagai penutup, dilanjutkan dengan deklarasi peran pemuda di bidang kesehatan dari perwakilan masing-masing organisasi dan komunitas.
“Anak muda tidak suka dibatasi oleh ruang." -Bu Diah
nametag yang disobek buat ambil lunch box (dok. pribadi) |
0 comments